FILSAFAT
ILMU MANAJEMEN
Aspek Ontologi
sumber: bglconline.com |
Kajian filsafat
dari segi aspek ontologi adalah membicarakan tentang yang “ada” dalam
kaitan dengan manajemen , landasan ontologi mempertanyakan tentang objek yang
ditelaah, bagaimana wujud hakikinya, serta bagaimana hubungannya dengan daya
tangkap manusia dalam upaya berpikir, merasa, dan meng-indera sehingga
membuahkan pengetahuan. Objek telaah Ontologi merupakan yang tidak terlihat
pada satu perwujudan tertentu, yang membahas tentang yang ada secara universal,
yaitu berusaha mencari inti yang dimuat setiap kenyataan yang meliputi segala
realitas dalam semua bentuknya. Adanya segala sesuatu merupakan suatu segi dari
kenyataan yang mengatasi semua perbedaan.
1.
Objek yang
ditelaah
Kaitannya dengan duduk
persoalan ilmu manajemen, bahwa yang menjadi objek telaahan filsafat dari segi
ontologi adalah sisi ilmu manajemen
2.
Bagaimana
wujud hakiki dari objek tersebut
Wujud hakiki ilmu manajemen
adalah yang mengatur seluruh kegiatan manajemen manusia yang meliputi
fungsi-fungsi manajemen, karena setiap manusia dalam perjalanan hidupnya selalu
akan menjadi anggota dari berbagai macan organisasi, dimana organisasi ini
mempunyai persamaan dasar tercermin dalam fungsi-fungsi manajerial yang
dijalankan organisasi
3.
Bagaimana
hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa
dan mengindera )yang membuat pengetahuan
Melihat wujud hakiki dari
ilmu manajemen berkaitan dengan fungsi-fungsi manajemen yang meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan tidak akan tercipta
mana kala manusia tinggal diam. Kaitannya
dengan daya pikir manusia jelas sangat berkaitan hal ini didasarkan pada
bagaimana cara pikir manusia untuk mengembangkan fungsi-fungsi ilmu
manajemen dalam kehidupan berorganisasi.
Berkembangnya daya pikir manusia yang terus memikirkan implementasi
fungsi-fungsi manajemen diharapkan dapat melahirkan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan baru yang bermanfaat bagi kehidupan manusia dalam organisasi.
Aspek Epistemologi
Nampak jelas bahwa hal-hal yang diselesaikan
epistemologi ialah tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal
mula pengetahuan, validitas pengetahuan, dan kebenaran pengetahuan.
Permasalahan dalam epistimologi adalah berkaitan
dengan pertanyaan-partanyaan tentang pengetahuan. Jika kita mengetahui
batas-batas pengetahuan, kita tidak akan mencoba untuk mengetahui hal-hal yang
pada akhirnya tidak dapat diketahui. Sebenarnya kita baru dapat menganggap
mempunyai suatu pengetahuan setelah kita meneliti pertanyaan-pertanyaan
epistimologi.
Dalam penyelesaiaan masalah epistimologi hendaknya
kita mempelajari naskah psikologi yang baik dalam bab-bab mengenai pengindraan,
pencerahan, penyimakan dan pemikiran, karena di dalam suatu penyelesaian yang
di sarankan terhadap masalah, bahan-bahan keterangan yang terdapat di dalam
naskah tersebut harus diperhitungkan.
Makna pengetahuan berkaitan dengan manajemen jika
dikatakan masalah epistimologi bersangkutan dengan pertanyaan tentang
pengetahuan manajemen , apakah yang kita maksudkan dengan manajemen? Untuk
memperoleh jawaban tersebut tentunya ada prosedur prosedur yang harus dilalui.
Berkaitan dengan masalah epistemologi manajemen berikut langkah-langkahnya.
1.
Bagaimana
proses yang memungkinkan ditimbanya ilmu pengetahuan yang berupa ilmu?
Untuk mendapatkan
pengetahuan ilmu khususnya ilmu manajemen yaitu dengan cara membuat beberapa
pengandaian (asumsi) mengenai obyek-obyek empirik kegiatan mansia dalam
organisasi. Asumsi ini perlu, sebab pernyataan asumsi inilah yang memberi arah
dan landasan bagi kegiatan penelahaan. Ada tiga asumsi yang dapat digunakan
sebagai berikut.
Asumsi pertama:
menganggap bahwa obyek-obyek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain.
Umpamanya: dalam hal bentuk, struktur, sifat, da lainnya.
Asumsi kedua
adalah anggapan bahwa suatu benda tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu
tertentu. Kegiatan keilmuan bertujuan mempelajari tingkah laku suatu obyek
dalam suatu keadaan tertentu.
Asumsi ketiga
adalah determinasi, yaitu kita menganggap tiap gejala bukan merupakan suatu
kejadian yang bersifat kebetulan. Tiap gejala mempunyai pola tertentu yang
bersifat tetap dengan urut-urutan kejadian yang sama
Sebuah pengetahuan baru
dianggap benar selama kita bisa menerima yang dikemukakannya.
2.
Bagaimana
prosedurnya?
Epistemologi atau teori
pengetahuan, membahas secara mendalam segenap proses yang terlihat dalam usaha
kita untuk memperoleh pengetahuan. Ilmu Manajemen merupakan pengetahuan yang
didapat melalui proses tertentu yang dinamakan metode keilmuan. Metode inilah
yang membedakan ilmu dengan buah pemikiran yang lainny. Untuk memperoleh ilmu
manajemen yang benar maka diperlukan suatu prosedur yang biasanya dilakukan
oleh para pemikir dengan menggunakan metode ilmiah.
3.
Hal-hal apa yang
harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar?
Ilmu pada dasarnya merupakan
kumpulan pengetahuan yang bersifat menjelaskan berbagai gejala alam yang
memungkinkan manusia melakukan serangkaian tindakan untuk menguasai gejala
tersebut berdasarkan atas penjelasan yang ada. Sarana untuk berpikir ilmiah
dengan baik maka diperlukan alat berfikir.
4.
Apa yang
disebut dengan kebenaran itu sendiri?
Secara umum kebenaran adalah
persesuaian antara pengetahuan dan obyek, bisa juga diartikan suatu pendapat
atau perbuatan seseorang yg sesuai dengan (atau tidak ditolak oleh) orang lain
dan tidak merugikan diri sendiri.
Namun dilihat dari segi
filsafat bahwa yang dimaksud dengan kebenaran adalah :
1) Teori
Corespondence : menerangkan bahwa
kebenaran atau sesuatu kedaan benar itu terbukti benar bila ada kesesuaian
antara arti yang dimaksud suatu pernyataan atau pendapat dengan objek yang
dituju/ dimaksud oleh pernyataan atau pendapat tersebut.
2) Teori
Consistency : Teori ini merupakan
suatu usaha pengujian (test) atas arti kebenaran. Hasil test dan eksperimen
dianggap reliable jika kesan-kesan yang berturut-turut dari satu penyelidik
bersifat konsisten dengan hasil test eksperimen yang dilakukan penyelidik lain
dalam waktu dan tempat yang lain.
3) Teori
Pragmatisme : Paragmatisme menguji
kebenaran dalam praktek yang dikenal para pendidik sebagai metode project atau
medoe problem solving dari dalam pengajaran. Mereka akan benar-benar hanya jika
mereka berguna mampu memecahkan problem yang ada. Artinya sesuatu itu benar,
jika mengmbalikan pribadi manusia di dalam keseimbangan dalam keadaan tanpa
persoalan dan kesulitan. Sebab tujuan utama pragmatisme ialah supaya manusia
selalu ada di dalam keseimbangan, untuk itu manusia harus mampu melakukan
penyesuaian dengan tuntutan-tuntutan lingkungan.
4) Kebenaran
Religius: Kebenaran tak cukup hanya diukur dnenga
rasion dan kemauan individu. Kebenaran bersifat objective, universal,berlaku
bagi seluruh umat manusia, karena kebenaran ini secara antalogis dan oxiologis
bersumber dari Tuhan yang disampaikan melalui wahyu.
5.
Apa
kriterianya?
Dalam ranah ilmu kebenaran
tersusun atas criteria kebenaran, yakni;
1)
Tingkat
koherensi, yakni pernyataan dianggap benar jika pernyataan itu bersifat koheren
atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.
2)
Tingkat
korespondensi, adalah suatu pernyataan dianggap benar jika materi pengetahuan
yang dikandung itu berkorespondensi (berhubungan) dengan objek yang dituju oleh
pernyataan tersebut.
3)
Tingkat
pragmatis, ialah kebenaran suatu pernyataan diukur dengan criteria apakah
pernyataan itu bersifat fungsional dalam kehidupan praktis atau memiliki
kegunaan dalam kehidupan manusia.
6.
Sarana/cara/teknik
apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu?
Sarana untuk melakukan kegiatan
berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana atau alat berpikir ilmiah
yang berupa bahasa, logika, matematika dan statistika.
Aspek Aksiologi
1.
Untuk apa
pengetahuan tersebut digunakan?
Hadirnya pengetahuan
tentunya dapat digunakan oleh yang memerlukannya, pada umumnya pengetahuan
digunakan untuk memecahkan permasalahan, dalam hal ini permasalahan berkaitan dengan manajemen dalam
organisasi. Masalah manajemen pada hakikatnya
merupakan pertanyaan yang harus dijawab, dan secara logis seseorang baru bisa
menjawab pertanyaan tersebut setelah konstelasi masalah yang ditanyakan itu
jelas. Kejelasan masalah tidaklah bersifat semantik seperti pada perumusan
masalah, melainkan bersifat kejelasan hubungan logis antara faktor-faktor yang
terlibat dalam masalah manajemen tersebut.
2.
Bagaimana
kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral?
Ilmu tidak bebas nilai.
Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan
nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat; sehingga nilai kegunaan ilmu
tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat, bukan sebaliknya malahan menimbulkan
bencana.
ada dua penilain yang umum
digunakan, yaitu etika dan estetika. Etika adalah cabang filsafat yang membahas
secara kritis dan sistematis masalah-masalah moral. Kajian etika lebih fokus
pada prilaku, norma dan adat istiadat manusia
3.
Bagaimana
penentuan objek yang ditelaah
berdasarkan pilihan-pilihan moral?
Objek adalah sesuatu yang
merupakan bahan dari suatu penelitian atau pembentukan pengetahuan. Objek
filsafat ilmu dibagi menjadi dua, yaitu: objek material dan objek formal. objek
material filsafat ilmu adalah pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang
telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat
dipertanggung-jawabkan kebenarannya secara umum. Dalam gejala ini jelas ada
tiga hal menonjol, yaitu manusia, dunia, dan akhirat. Sedangkan, objek formal
filsafat ilmu adalah hakikat ilmu pengetahuan yang mencakup tentang apakah yang
ingin manusia ketahui, bagaimanakah cara manusia memperoleh pengetahuan, dan
apakah nilai pengetahuan tersebut bagi manusia itu sendiri.
4.
Bagaimana
kaitannya antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode
ilmiah dengan nama-nama profesional?
Kaitan antara cara penggunaan
ilmu manajemen sebagai hasil dari
prosedural metode ilmiah dengan kaidah-kaidah moral adalah apa yang diberikan
sebanding dengan apa yang didapat, sehingga keterkaitannya dengan pihak-pihak
profesional adalah dengan cara memperhatikan kepentingan pengguna dalam hal
waktu.
Referensi :
Editor
Utomo Sarjjo Putro, Togar M. Simatupang. 2009. Apakah Manajemen adalah Sains?, Bandung. ITM
Peursen,
1985, Susunan Ilmu Pengetahuan, sebuah
pengantar filsafat ilmu, Jakarta: Gramedia
Redja
Mudyahardjo.2002, Filsafat Ilmu
Pendidikan. Bandung, Rosdakarya.
Sudarminta,
J., 2002, Epistemologi Dasar, Pengantar
Filsafat Pengetahuan, Yogyakarta: Kanisius
http://rumahfilsafat.com/2010/07/06/filsafat-dan-manajemen-bisnis-dua-sisi-dari-satu-koin-yang-sama/