-

-

Kamis, 08 Januari 2015

LATIHAN FILSAFAT

FILSAFAT ILMU MANAJEMEN
Aspek Ontologi
sumber: bglconline.com
Kajian filsafat  dari segi aspek ontologi adalah membicarakan tentang yang “ada” dalam kaitan dengan manajemen , landasan ontologi mempertanyakan tentang objek yang ditelaah, bagaimana wujud hakikinya, serta bagaimana hubungannya dengan daya tangkap manusia dalam upaya berpikir, merasa, dan meng-indera sehingga membuahkan pengetahuan. Objek telaah Ontologi merupakan yang tidak terlihat pada satu perwujudan tertentu, yang membahas tentang yang ada secara universal, yaitu berusaha mencari inti yang dimuat setiap kenyataan yang meliputi segala realitas dalam semua bentuknya. Adanya segala sesuatu merupakan suatu segi dari kenyataan yang mengatasi semua perbedaan. 

1.      Objek yang ditelaah
Kaitannya dengan duduk persoalan ilmu manajemen, bahwa yang menjadi objek telaahan filsafat dari segi ontologi adalah sisi ilmu manajemen
2.      Bagaimana wujud hakiki dari objek tersebut
Wujud hakiki ilmu manajemen adalah yang mengatur seluruh kegiatan manajemen manusia yang meliputi fungsi-fungsi manajemen, karena setiap manusia dalam perjalanan hidupnya selalu akan menjadi anggota dari berbagai macan organisasi, dimana organisasi ini mempunyai persamaan dasar tercermin dalam fungsi-fungsi manajerial yang dijalankan organisasi
3.      Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa dan mengindera )yang membuat pengetahuan
Melihat wujud hakiki dari ilmu manajemen berkaitan dengan fungsi-fungsi manajemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan tidak akan tercipta mana kala manusia tinggal diam. Kaitannya  dengan daya pikir manusia jelas sangat berkaitan hal ini didasarkan pada bagaimana cara pikir manusia untuk mengembangkan fungsi-fungsi ilmu manajemen  dalam kehidupan berorganisasi. Berkembangnya daya pikir manusia yang terus memikirkan implementasi fungsi-fungsi manajemen diharapkan dapat melahirkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan baru yang bermanfaat bagi kehidupan manusia dalam organisasi.
Aspek Epistemologi
Nampak jelas bahwa hal-hal yang diselesaikan epistemologi ialah tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, validitas pengetahuan, dan kebenaran pengetahuan.
Permasalahan dalam epistimologi adalah berkaitan dengan pertanyaan-partanyaan tentang pengetahuan. Jika kita mengetahui batas-batas pengetahuan, kita tidak akan mencoba untuk mengetahui hal-hal yang pada akhirnya tidak dapat diketahui. Sebenarnya kita baru dapat menganggap mempunyai suatu pengetahuan setelah kita meneliti pertanyaan-pertanyaan epistimologi.
Dalam penyelesaiaan masalah epistimologi hendaknya kita mempelajari naskah psikologi yang baik dalam bab-bab mengenai pengindraan, pencerahan, penyimakan dan pemikiran, karena di dalam suatu penyelesaian yang di sarankan terhadap masalah, bahan-bahan keterangan yang terdapat di dalam naskah tersebut harus diperhitungkan.
Makna pengetahuan berkaitan dengan manajemen jika dikatakan masalah epistimologi bersangkutan dengan pertanyaan tentang pengetahuan manajemen , apakah yang kita maksudkan dengan manajemen? Untuk memperoleh jawaban tersebut tentunya ada prosedur prosedur yang harus dilalui. Berkaitan dengan masalah epistemologi manajemen berikut langkah-langkahnya.
1.      Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya ilmu pengetahuan yang berupa ilmu?
Untuk mendapatkan pengetahuan ilmu khususnya ilmu manajemen yaitu dengan cara membuat beberapa pengandaian (asumsi) mengenai obyek-obyek empirik kegiatan mansia dalam organisasi. Asumsi ini perlu, sebab pernyataan asumsi inilah yang memberi arah dan landasan bagi kegiatan penelahaan. Ada tiga asumsi yang dapat digunakan sebagai berikut.
Asumsi pertama: menganggap bahwa obyek-obyek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain. Umpamanya: dalam hal bentuk, struktur, sifat, da lainnya.
Asumsi kedua adalah anggapan bahwa suatu benda tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu. Kegiatan keilmuan bertujuan mempelajari tingkah laku suatu obyek dalam suatu keadaan tertentu.
Asumsi ketiga adalah determinasi, yaitu kita menganggap tiap gejala bukan merupakan suatu kejadian yang bersifat kebetulan. Tiap gejala mempunyai pola tertentu yang bersifat tetap dengan urut-urutan kejadian yang sama
Sebuah pengetahuan baru dianggap benar selama kita bisa menerima yang dikemukakannya.
2.      Bagaimana prosedurnya?
Epistemologi atau teori pengetahuan, membahas secara mendalam segenap proses yang terlihat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan. Ilmu Manajemen merupakan pengetahuan yang didapat melalui proses tertentu yang dinamakan metode keilmuan. Metode inilah yang membedakan ilmu dengan buah pemikiran yang lainny. Untuk memperoleh ilmu manajemen yang benar maka diperlukan suatu prosedur yang biasanya dilakukan oleh para pemikir dengan menggunakan metode ilmiah.
3.      Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar?
Ilmu pada dasarnya merupakan kumpulan pengetahuan yang bersifat menjelaskan berbagai gejala alam yang memungkinkan manusia melakukan serangkaian tindakan untuk menguasai gejala tersebut berdasarkan atas penjelasan yang ada. Sarana untuk berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan alat berfikir.
4.      Apa yang disebut dengan kebenaran itu sendiri?
Secara umum kebenaran adalah persesuaian antara pengetahuan dan obyek, bisa juga diartikan suatu pendapat atau perbuatan seseorang yg sesuai dengan (atau tidak ditolak oleh) orang lain dan tidak merugikan diri sendiri.
Namun dilihat dari segi filsafat bahwa yang dimaksud dengan kebenaran adalah :
1)      Teori Corespondence : menerangkan bahwa kebenaran atau sesuatu kedaan benar itu terbukti benar bila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud suatu pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju/ dimaksud oleh pernyataan atau pendapat tersebut.
2)      Teori Consistency : Teori ini merupakan suatu usaha pengujian (test) atas arti kebenaran. Hasil test dan eksperimen dianggap reliable jika kesan-kesan yang berturut-turut dari satu penyelidik bersifat konsisten dengan hasil test eksperimen yang dilakukan penyelidik lain dalam waktu dan tempat yang lain.
3)      Teori Pragmatisme : Paragmatisme menguji kebenaran dalam praktek yang dikenal para pendidik sebagai metode project atau medoe problem solving dari dalam pengajaran. Mereka akan benar-benar hanya jika mereka berguna mampu memecahkan problem yang ada. Artinya sesuatu itu benar, jika mengmbalikan pribadi manusia di dalam keseimbangan dalam keadaan tanpa persoalan dan kesulitan. Sebab tujuan utama pragmatisme ialah supaya manusia selalu ada di dalam keseimbangan, untuk itu manusia harus mampu melakukan penyesuaian dengan tuntutan-tuntutan lingkungan.
4)      Kebenaran Religius:  Kebenaran tak cukup hanya diukur dnenga rasion dan kemauan individu. Kebenaran bersifat objective, universal,berlaku bagi seluruh umat manusia, karena kebenaran ini secara antalogis dan oxiologis bersumber dari Tuhan yang disampaikan melalui wahyu.
5.      Apa kriterianya?
Dalam ranah ilmu kebenaran tersusun atas criteria kebenaran, yakni;
1)      Tingkat koherensi, yakni pernyataan dianggap benar jika pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.
2)      Tingkat korespondensi, adalah suatu pernyataan dianggap benar jika materi pengetahuan yang dikandung itu berkorespondensi (berhubungan) dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut.
3)      Tingkat pragmatis, ialah kebenaran suatu pernyataan diukur dengan criteria apakah pernyataan itu bersifat fungsional dalam kehidupan praktis atau memiliki kegunaan dalam kehidupan manusia.

6.      Sarana/cara/teknik apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? 
Sarana untuk melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana atau alat berpikir ilmiah yang berupa bahasa, logika, matematika dan statistika.
Aspek Aksiologi
1.      Untuk apa pengetahuan tersebut digunakan?
Hadirnya pengetahuan tentunya dapat digunakan oleh yang memerlukannya, pada umumnya pengetahuan digunakan untuk memecahkan permasalahan, dalam hal ini permasalahan  berkaitan dengan manajemen dalam organisasi.  Masalah manajemen pada hakikatnya merupakan pertanyaan yang harus dijawab, dan secara logis seseorang baru bisa menjawab pertanyaan tersebut setelah konstelasi masalah yang ditanyakan itu jelas. Kejelasan masalah tidaklah bersifat semantik seperti pada perumusan masalah, melainkan bersifat kejelasan hubungan logis antara faktor-faktor yang terlibat dalam masalah manajemen tersebut. 
2.      Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? 
Ilmu tidak bebas nilai. Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat; sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat, bukan sebaliknya malahan menimbulkan bencana.
ada dua penilain yang umum digunakan, yaitu etika dan estetika. Etika adalah cabang filsafat yang membahas secara kritis dan sistematis masalah-masalah moral. Kajian etika lebih fokus pada prilaku, norma dan adat istiadat manusia 
3.      Bagaimana penentuan objek  yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral?
Objek adalah sesuatu yang merupakan bahan dari suatu penelitian atau pembentukan pengetahuan. Objek filsafat ilmu dibagi menjadi dua, yaitu: objek material dan objek formal. objek material filsafat ilmu adalah pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggung-jawabkan kebenarannya secara umum. Dalam gejala ini jelas ada tiga hal menonjol, yaitu manusia, dunia, dan akhirat. Sedangkan, objek formal filsafat ilmu adalah hakikat ilmu pengetahuan yang mencakup tentang apakah yang ingin manusia ketahui, bagaimanakah cara manusia memperoleh pengetahuan, dan apakah nilai pengetahuan tersebut bagi manusia itu sendiri.
4.      Bagaimana kaitannya antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan nama-nama profesional?
Kaitan antara cara penggunaan ilmu  manajemen sebagai hasil dari prosedural metode ilmiah dengan kaidah-kaidah moral adalah apa yang diberikan sebanding dengan apa yang didapat, sehingga keterkaitannya dengan pihak-pihak profesional adalah dengan cara memperhatikan kepentingan pengguna dalam hal waktu.
 Referensi :
Editor Utomo Sarjjo Putro, Togar M. Simatupang. 2009. Apakah Manajemen adalah Sains?, Bandung. ITM
Peursen, 1985, Susunan Ilmu Pengetahuan, sebuah pengantar filsafat ilmu, Jakarta: Gramedia
Redja Mudyahardjo.2002, Filsafat Ilmu Pendidikan. Bandung, Rosdakarya.
Sudarminta, J., 2002, Epistemologi Dasar, Pengantar Filsafat Pengetahuan, Yogyakarta: Kanisius



Carita hiburan